Syaikh Muhammad Mahfudz At Turmusi
Syaikh Muhammad Mahfudz At Turmusi
Syaikh Muhammad Mahfudz At Turmusi adalah Al ‘Allamah Al Muhaddits Al Musnid Al Faqih Al Ushuli Al Muqri, demikian Syaikh Yasin Al Fadani (seorang ulama’ Makkah asal Padang Sumatra barat yang masyhur di era 1970-an) memberikan julukan kepada beliau. Syaikh Muhammad Mahfudz At Turmusi lahir di desa Termas, Pacitan, Jawa Timur, pada tanggal 12 Jumadil Ula 1285 H/31 Agustus 1868 M. Beliau adalah salah seorang ulama’ yang sangat berjasa terhadap perkembangan ilmu agama yang banyak dikaji di pesantren-pesantren pulau jawa, khususnya bidang ilmu Hadits dan Ushul Fiqh. Syaikh Muhammad Mahfudz At Turmusi memang pantas untuk dikagumi. Terlebih bagi kalangan Ahlul Isnad yang mengatahui dari siapa saja dan dari kitab apa saja beliau memperoleh ilmu. Sebab bukan hanya dalam bidang hadits dan ushul fiqh, bahkan kitab-kitab tafsir, qira’at, nahwu-sharaf, tashawwuf, sampai amalan dzikir, Syaikh Muhammad Mahfudz At Turmusi berguru pada ulama yang memilki sanad bersambung hingga Mushonnif (penulis) kitab-kitab itu sendiri.
Awal pendidikan beliau dimulai dari Ayahanda beliau Al ‘Alim Al ‘Allamah Al Faqih As Syaikh Abdullah At Turmusi. Dari Ayah beliau, Syaikh Muhammad Mahfudz At Turmusi mempelajari Syarh al-Ghayah li Ibni Qasim al-Ghuzza, al-Manhaj al-Qawim, Fat-h al-Mu’in, Fat-h al-Wahhab, Syarh Syarqawi `ala al-Hikam dan sebagian Tafsir al-Jalalain hingga sampai Surah Yunus.
Selanjutnya, beliau berguru kepada As Syaikh Sholih bin Umar As Samarani (masyhur dengan sebutan Kyai Sholih Darat) Semarang. Pada Kyai Sholih Darat beliau mempelajari Syarh al-Hikam (dua kali khatam), Tafsir al-Jalalain (dua kali hatam), Syarh al-Mardini dan Wasilah ath-Thullab (falak). Setelah beberapa tahun dalam bimbingan Kyai Sholih Darat, kemudian beliau melakukan rihlah tholabul ilmi ke Makkah Al Mukarramah, yang selanjutnya beliau lebih memilih untuk tinggal di sana, tidak kembali lagi ke Nusantara. Dan sewaktu Ayahanda beliau Syaikh Abdullah wafat pada tahun 1894, adik beliau Syaikh Dimyathi yang kemudian menggantikan posisi Ayahanda beliau, menjadi kiai di Termas. Sudara-saudara Syaikh Muhammad Mahfudz lainnya adalah Kiai Haji Dahlan yang juga pernah belajar di Makkah, dan sekembali dari Tanah Suci Makkah beliau diambil menantu oleh Kiai Sholih Darat Semarang. Kemudian Adik beliau yang bernama Kiai Haji Muhammad Bakri adalah ulama’ ahli qira’ah, dan Syaikh Abdur Razaq adalah ahli thariqah dan mursyid Syadziliyyah yang mempunyai murid yang tersebar di seluruh nusantara.
Diantara guru-guru Syaikh Muhammad Mahfudz di Makkah Al Mukarromah adalah :
- As Syaikh Al Allamah As Sayyid Abi Bakr bin Muhammad Syatha Al Makki (Mushonnif kitab I’anatut Tholibin Syarh kitab Fathul Mu’in), yang menjadi pijakan bagi Syaikh Muhammad Mahfudz dalam periwayatan Hadits.
- As Syaikh Al Allamah Al Muhaddits As Sayyid Husain bin Muhammad Al Habsyi Al Makki yang dikenal sebagai “Ibnu Mufti”, dari sini Syaikh Mahfudz mempelajari Sahih al-Bukhari.
- As Syaikh Al Allamah Al Muhaddits Muhammad Sa’id Ba Bashil, dari Syaikh ini Syaikh Mahfudz mempelajari Sunan Abi Daud, Sunan Tirmizi dan Sunan Nasai. As
- Syaikh Al Allamah Muhammad As Syarbini Ad Dimyathi, dari ulama’ ini Syaikh Mahfudz At Turmusi memperoleh Syarh Ibni al-Qashih, Syarh ad-Durrah al-Mudhi-ah, Syarh Thaibah an-Nasyr fi al-Qiraat al-’Asyar, ar-Raudh an-Nadhir lil Mutawalli, Syarh ar-Ra-iyah, Ithaf al-Basyar fi al-Qiraat al-Arba’ah al-’Asyar (qira’ah 14), dan Tafsir al-Baidhawi bi Hasyiyatihi.
- As Syaikh Ahmad al-Minsyawi, dari ulama’ ini, beliau belajar Qiraah `Ashim dan tajwid, dan sebagian Syarh Ibni al-Qashih `ala asy-Syathibiyah.
- As Syaikh `Umar bin Barakat asy-Syami, dari ulama’ ini mempelajari Syarh Syuzur adz-Dzahab li Ibni Hisyam.
- As Syaikh Mustafa al-’Afifi, dari sini Syaikh Muhammad Mahfudz mengkaji kitab Syarh Jam’il Jawami’ lil Mahalli dan Mughni al-Labib.
- As Syaikh As Sayid Ahmad az-Zawawi, dari sini Syaikh Mahfudz mempelajari Syarh `Uqud al- Juman, dan sebagian kitab asy-Syifa’ lil Qadhi al-’Iyadh.
- As Sayid Muhammad Amin bin Ahmad Ridhwan al-Madani, dari sini Syaikh Mahfudz mempelajari Dalail al-Khairat, al-Ahzab, al-Burdah, al-Awwaliyat al-’Ajluni dan Muwaththa’ Imam Malik.
- As Syaikh Ahmad Al-Fathani. Wa-qila, di ceritakan bahwa Syaikh Ahmad Al-Fathani memiliki hubungan erat dengan As Syaikh As Sayid Abi Bakr asy-Syatha, bahkan salah satu karangan As Syaikh As Sayid Abi Bakr asy-Syatha yang berjudul I’anatut Thalibin (Syarh Fat-hil Mu’in) sebelum dicetak, terlebih dahulu ditashih dan ditahqiq oleh Syaikh Ahmad al-Fathani atas perimintaan dari Syaikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makki dan As Syaikh As Sayid Abi Bakr asy-Syatha sendiri. Diceritakan pula bahwa yang pertama kali mengajar kitab I’anatut Thalibin di dalam Masjid al-Haram ialah Syaikh Ahmad al-Fathani. Pada pengajian itu, para murid As Syaikh As Sayid Abi Bakr asy-Syatha, termasuk Syaikh Muhammad Mahfudz, semuanya hadir dalam halaqah atau majlis ta’lim Syaikh Ahmad al-Fathani saat itu.
- As Syaikh Al ‘Allamah Al Fadlil Abu Abdul Mu’thi Muhammad Nawawi Al Jawi Al Bantani.
Selama menuntut ilmu di Makkah, Syaikh Muhammad Mahfudz At Turmusi benar-benar bermujahadah kepada Allah SWt, dengan terjaga di malam hari. Oleh karenanya nampak kelebihan beliau dalam ilmu hadits dan setiap ilmu-ilmu yang beliau pelajari, menguasai fiqih dan ushulnya, serta ilmu qira’at al Al Qur’an. Sehingga para guru beliau memberikan izin untuk mengajar di Masjidil Haram. Syaikh Mahfudz mengajar di Bab As Shafa Masjid Al Haram dan di rumah tempat beliau tinggal.
Ada sebuah kisah menarik saat pertama Syaikh Muhammad Mahfudz mengajar Al Qur’an di Masjidil Haram. Banyak diantara ulama’-ulama’ wahabi yang meragukan kemampuan beliau. Sehingga perlu kiranya bagi para ulama’ wahabi Makkah pada saat itu untuk menjajaki kemampuan Syaikh Mahfudz At Turmusi. Karna, bagaimana mungkin, seorang non Arab bisa mengajar Al Qur’an yang berbahasa Arab di negeri orang Arab ?. Maka pada suatu hari, selepas melaksanakan shalat maghrib berjamaah yang dilanjutkan dengan membaca awrod ba’dal maktubah seperti hari-hari biasanya, seorang ulama’ wahabi datang kepada Syaikh Muhammad Mahfudz dengan keinginannya untuk mengetahui kedalaman ilmu dan bacaan Al Qur’an beliau. Sejurus dengan itu, selanjutnya Syaikh Mahfudz At Turmusi mendekatkan dahinya dan menempelkannya pada dahi ulama’ Wahabi tersebut, dan menutupi kepala beliau berdua dengan surban. Setelah itu, Syaikh Mahfudz menempelkan kedua lutut beliau dengan lutut ulama’ Wahabi tersebut. Dan selanjutnya, Syaikh Muhammad Mahfudz At Turmusi memulai membaca ayat-ayat Al Qur’an, diawali dari surat Al Fatihah dan diteruskan dengan surat-surat berikutnya secara berurutan (bilghoib) hingga berakhir surat An Nas. Semuanya oleh Syaikh muhammad Mahfudz At Turmusi dibaca secara fuskhah dan tartil. Dan anehnya ketika surat terakhir dari Al Qur’an telah habis dibaca, adzan untuk sholat isya’ di Masjidil Haram ternyata belum dikumandangkan. Padahal beliau memulai membaca Al Qur’an setelah melaksanakan sholat Maghrib berjamaah dan membaca awrod ba’dal maktubah seperti biasanya.
Setelah kejadian itu, beberapa dari ulama’ wahabi telah mempercayai kemampuan dan ke’aliman Syaikh Muhammad Mahfudz At Turmusi, namun ada juga yang masih belum bisa menerima dan mengakui kemampuan Syaikh Muhammad Mahfudz. Karnanya, Syaikh Muhammad Mahfudz kemudian menuliskan surat Al Fatihah di udara dengan ujung jari telunjuknya. Dari ujung jari telunjuk beliau keluarlah asap yang membentuk tulisan surat Al Fatihah. Dan para hadirin pada saat itu, semuanya dapat melihat dan membacanya secara jelas. Dan barulah setelah itu para ulama’ wahabi dapat menerima dan mengakui kemampuan beliau.
Syaikh Muhammad Mahfudz At Turmusi juga dikenal oleh banyak kalangan sebagai pribadi yang Tawadhu’ dan berakhlakul karimah yang tinggi, semua prilakunya senantiasa tidak pernah terlibat pada hal-hal yang tidak berguna. Selain itu beliau juga dikenal sebagai ‘alim yang wara’. Syaikh Muhammad Mahfudz datang dari Jawa ke Tanah Suci dengan perbekalan seadanya. Rumah beliau banyak didatangi para pencari ilmu, baik untuk sekedar mengucap salam maupun untuk mencari ilmu kepada beliau. Ketika Syaikh Muhammad Mahfudz At Turmusi tholabul ‘ilmi di Makkah, beliau sezaman dengan Syaikh Wan Daud bin Mustafa al-Fathani (1283 H/1866 M – 1355 H/1936 M), Mufti Pulau Pinang Haji Abdullah Fahim yang sama-sama tholabul ilmi di tanah suci Makkah Al Mukarromah.
Syaikh Muhammad Mahfudz At Turmusi adalah termasuk salah seorang diantara ulama’ nusantara yang banyak menghasilkan karangan dalam bahasa Arab seperti halnya ulama’-ulama nusantara lainnya yang bermukim di Makkah, yakni Syaikh Nawawi Al Jawi Al Bantani, Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau dan Syaikh Abdul Hamid Kudus.
Ada sebuah kisah menarik saat pertama Syaikh Muhammad Mahfudz mengajar Al Qur’an di Masjidil Haram. Banyak diantara ulama’-ulama’ wahabi yang meragukan kemampuan beliau. Sehingga perlu kiranya bagi para ulama’ wahabi Makkah pada saat itu untuk menjajaki kemampuan Syaikh Mahfudz At Turmusi. Karna, bagaimana mungkin, seorang non Arab bisa mengajar Al Qur’an yang berbahasa Arab di negeri orang Arab ?. Maka pada suatu hari, selepas melaksanakan shalat maghrib berjamaah yang dilanjutkan dengan membaca awrod ba’dal maktubah seperti hari-hari biasanya, seorang ulama’ wahabi datang kepada Syaikh Muhammad Mahfudz dengan keinginannya untuk mengetahui kedalaman ilmu dan bacaan Al Qur’an beliau. Sejurus dengan itu, selanjutnya Syaikh Mahfudz At Turmusi mendekatkan dahinya dan menempelkannya pada dahi ulama’ Wahabi tersebut, dan menutupi kepala beliau berdua dengan surban. Setelah itu, Syaikh Mahfudz menempelkan kedua lutut beliau dengan lutut ulama’ Wahabi tersebut. Dan selanjutnya, Syaikh Muhammad Mahfudz At Turmusi memulai membaca ayat-ayat Al Qur’an, diawali dari surat Al Fatihah dan diteruskan dengan surat-surat berikutnya secara berurutan (bilghoib) hingga berakhir surat An Nas. Semuanya oleh Syaikh muhammad Mahfudz At Turmusi dibaca secara fuskhah dan tartil. Dan anehnya ketika surat terakhir dari Al Qur’an telah habis dibaca, adzan untuk sholat isya’ di Masjidil Haram ternyata belum dikumandangkan. Padahal beliau memulai membaca Al Qur’an setelah melaksanakan sholat Maghrib berjamaah dan membaca awrod ba’dal maktubah seperti biasanya.
Setelah kejadian itu, beberapa dari ulama’ wahabi telah mempercayai kemampuan dan ke’aliman Syaikh Muhammad Mahfudz At Turmusi, namun ada juga yang masih belum bisa menerima dan mengakui kemampuan Syaikh Muhammad Mahfudz. Karnanya, Syaikh Muhammad Mahfudz kemudian menuliskan surat Al Fatihah di udara dengan ujung jari telunjuknya. Dari ujung jari telunjuk beliau keluarlah asap yang membentuk tulisan surat Al Fatihah. Dan para hadirin pada saat itu, semuanya dapat melihat dan membacanya secara jelas. Dan barulah setelah itu para ulama’ wahabi dapat menerima dan mengakui kemampuan beliau.
Syaikh Muhammad Mahfudz At Turmusi juga dikenal oleh banyak kalangan sebagai pribadi yang Tawadhu’ dan berakhlakul karimah yang tinggi, semua prilakunya senantiasa tidak pernah terlibat pada hal-hal yang tidak berguna. Selain itu beliau juga dikenal sebagai ‘alim yang wara’. Syaikh Muhammad Mahfudz datang dari Jawa ke Tanah Suci dengan perbekalan seadanya. Rumah beliau banyak didatangi para pencari ilmu, baik untuk sekedar mengucap salam maupun untuk mencari ilmu kepada beliau. Ketika Syaikh Muhammad Mahfudz At Turmusi tholabul ‘ilmi di Makkah, beliau sezaman dengan Syaikh Wan Daud bin Mustafa al-Fathani (1283 H/1866 M – 1355 H/1936 M), Mufti Pulau Pinang Haji Abdullah Fahim yang sama-sama tholabul ilmi di tanah suci Makkah Al Mukarromah.
Syaikh Muhammad Mahfudz At Turmusi adalah termasuk salah seorang diantara ulama’ nusantara yang banyak menghasilkan karangan dalam bahasa Arab seperti halnya ulama’-ulama nusantara lainnya yang bermukim di Makkah, yakni Syaikh Nawawi Al Jawi Al Bantani, Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau dan Syaikh Abdul Hamid Kudus.
- As-Siqayatul Mardhiyah fi Asamil Kutubil Fiqhiyah li Ashabinas Syafi’iyah, Selesai penulisan pada hari Jum’at, Sya’ban 1313 H. Dicetak oleh Mathba’ah at-Taraqqil Majidiyah al-’Utsmaniyah, Makkah (tanpa tahun).
- Muhibah zil Fadhli `ala Syarh al-’Allamah Ibnu Hajar Muqaddimah Ba Fadhal), kitab ini terdiri dari empat jilid. Jilid pertama diselesaikan pada 25 Safar 1315 H,. Jilid kedua diselesaikan pada hari Jum’at, 27 Rabiulakhir 1316 H. Jilid ketiga diselesaikan pada malam Ahad, 7 Rejab 1317 H. Jilid keempat, diselesaikan pada malam Rabu, 19 Jamadilakhir 1319 H. Dicetak oleh Mathba’ah al-’Amirah asy-Syarfiyah, Mesir, 1326 H.
- Kifayatul Mustafid lima `ala minal Asanid, diselesaikan pada hari Selasa, 19 Safar 1320 H. Kandungannya membicarakan pelbagai sanad keilmuan Muhammad Mahfuz bin Abdullah at-Tarmasi/at- Tirmisi. Dicetak oleh Mathba’ah al-Masyhad al-Husaini, No. 18 Syari’ al-Masyhad al-Husaini, Mesir (tanpa tahun). Kitab ini ditashhih dan ditahqiq oleh Syaikh Muhammad Yasin bin Isa al-Fadani al-Makki, al-Mudarris Daril `Ulumid Diniyah, Makkah.
- Manhaj Zawin Nazhar fi Syarhi Manzhumati `Ilmil Atsar, diselesaikan pada tahun 1329 H/1911 M. Kandungannya membicarakan Ilmu Mushthalah Hadits merupakan Syarh Manzhumah `Ilmil Atsar karangan Imam Jalaluddin as-Suyuthi. Kitab ini merupakan bukti bahwa ulama nusantara mampu menulis ilmu hadis yang demikian tinggi nilainya. Kitab ini menjadi rujukan para ulama di belahan dunia terutama ulama-ulama hadis. Dicetak oleh Mathba’ah Mushthafa al-Baby al-Halaby wa Auladuhu, Mesir, 1352 H/1934 M. Cetakan dibiayai oleh Syaikh Salim bin Sa’ad bin Nabhan wa Akhihi Ahmad, pemilik Al-Maktabah An-Nabhaniyah Al-Kubra, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
- Al-Khal’atul Fikriyah fi Syarhil Minhatil Khairiyah, belum diketahui tarikh penulisan. Kandungannya juga membicarakan hadits merupakan Syarh Hadits Arba’in.
- Al- Badrul Munir fi Qira-ati Ibni Katsir.
- Tanwirus Shadr fi Qira-ati Ibni `Amr.
- Insyirahul Fawaid fi Qira-ati Hamzah.
- Ta’mimul Manafi’ fi Qira-ati Nafi’.
- Al-Fawaidut Tarmasiyah fi Asamil Qira-ati `Asyariyah, Syaikh Yasin Padang menyebut bahawa kitab ini pernah diterbitkan oleh Mathba’ah al-Majidiyah, Makkah, tahun 1330 H.
- Is’aful Mathali’ Syarhul Badril Lami’Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa karangan Syaikh Mahfudz mencapai lebih 20 karangan.
- Dua kitabnya di bidang ushul adalah ”Nailul Ma’mul”, syarah atas karya Zakariyya Anshari ”Lubb Al-Ushul” dan syarahnya ”Ghayat al-wushul”, dan ”Is’af al Muthali”, syarah atas berbagai versi karya Subki ”Jam’ al-Jawami’. Sebuah kitab lainnya mengenai fiqh yaitu ”Takmilat al-Minhaj al-Qawim”, berupa catatan tambahan atas karya Ibn Hajar al-Haitami “Al-Minhaj al-Qawim”.
- As Saqayah al Mardhiyyah fi Asma’i Kutub Ashhabina As Syafi’iyah, kajian atas karya-karya fiqih mazhab Syafi’i dan riwayat para pengarangnya.
- Al Minhah al Khairiyya.
Syaikh Muhammad Mahfudz At Turmusi boleh dibilang penulis produktif. Beliau menulis sejumlah kitab tentang berbagai disiplin ilmu keagamaan, seluruhnya ditulis dalam bahasa Arab. Namun sayang, banyak karyanya yang belum sempat dicetak, dan beberapa di antaranya bahkan dinyatakan hilang. Dan meskipun Syaikh Mahfudz At Turmusi banyak menulis karya tulis dalam berbagai disiplin ilmu, namun beliau lebih terkenal sebagai pakar dalam bidang hadits, baik Dirayah Hadits, Mushthalah Hadits maupun Rijal Al Hadits.
Yang menarik, kitab-kitab karangan Syaikh Mahfudz tidak hanya dipergunakan oleh hampir semua pondok pesantren di Indonesia, tapi konon banyak pula yang dipakai sebagai literatur wajib pada beberapa perguruan tinggi di Timur Tengah, seperti di Marokko, Arab Saudi, Iraq dan negara-negara lainnya. Bahkan sampai sekarang di antara kitab-kitabnya masih ada yang dipakai dalam pengajian di Masjidil Haram.
Yang menarik, kitab-kitab karangan Syaikh Mahfudz tidak hanya dipergunakan oleh hampir semua pondok pesantren di Indonesia, tapi konon banyak pula yang dipakai sebagai literatur wajib pada beberapa perguruan tinggi di Timur Tengah, seperti di Marokko, Arab Saudi, Iraq dan negara-negara lainnya. Bahkan sampai sekarang di antara kitab-kitabnya masih ada yang dipakai dalam pengajian di Masjidil Haram.
- Syaikh Ali Al Banjari (ulama’ Makkah Asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan)
- Syaikh Muhammad Baqir al Jugjawi (ulama’ Makkah asal Jogjakarta)
- KHM Hasyim Asy’ari asal Jombang
- KH Abdul Wahhab Hasbullah asal Jombang
- KH Bishri Syansuri asal Pati yang kemudian menetap di Jombang
- KH Muhammad Ma`shum al Lasami asal Lasem Jawa Tengah
- KH Abdul Muhith dari Panji Sidarjo Jawa Timur
- Dan masih banyak ulama’ lain yang pernah menuntut kepada beliau.
- Syaikh Muhammad Mahfudz At Turmusi bin
- Syaikh Abdullah bin
- Syaikh Abdul Manan (Raden Bagus Darso) bin
- Raden Ngabehi Dipomenggolo bin
- Ki Ageng Sutro Yudho bin
- Raden Puring Mas (Ki Ageng Ampok Boyo/Ki Ageng Posong) bin
- Raden Joko Puring bin
- Prabu Brawijaya V
Syaikh Muhammad Mahfudz At Turmusi wafat di kota Makkah pada tanggal 1 Rajab 1336 H/ 20 Mei 1920 M, sesaat sebelum adzan Maghrib hari Ahad, malam Senin, dalam usia 51 tahun. Jenazah beliau diantar banyak orang, dan dimakamkan di pemakaman Al Ma’la, Saudi Arabiyah.
Sumber :
Catatan kaki beberapa santri Termas
dan berbagai sumber lainnya.
Catatan kaki beberapa santri Termas
dan berbagai sumber lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.